makalah sejarah dakwah orde lama

makalah sejarah dakwah orde lama

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat islam dan umat beragama pada umumnya, dan bagi umat islam sendiri telah merasakan sendiri bahwa tingkatan revolusi sekarang di bawah pimpinan bung karno telah pula mempercepat lahirnya fajar.
Bung karno disamping kedudukannya sebagai negarawan yang progesif revolusioner, juga harus di catat sebagai seorang ahli pikir islam yang secara langsung hendak mengembalikan berpikir dikalangan kaum muslimin, agar mereka yang harus mewarisi:” Apinya ajaran Rasulullah Dan Sahatnya Serta ulama yang besar”. Meskipun harus memiliki kehidupan berpikir yang progesif sesuai dengan ajara islam.
Dengan demikian umat islam akan menjadi umat yang benar-benar hidup dan mengabdi kepada kepentingan orang banyak. Disamping memiliki jiwa dan semangat taqwa kepada allah SWT, serta Akhlakul karimah. Dengan kerajinan dan ketekunan dan kesabaran di pelajarinya buku-buku islam baik yang di tulis oleh orang barat dalaam aneka bahasa maupun buku risalah yang ditulis oleh para ulama kita di dalam bahasa indonesia.
Ditanah pembangunan inilah bung karno mulai mengadakan kontak dengan ahmad hasan seorang ulama islam yang terkenal dibandung, didalam surat menyurat inilah bung karno mulai menumpahkan isi hatinya dan penyelidikan yang secara teliti beliau membaca alqur’an dan hadist nabi yang sahih, kemudian dikonfrontasikan dengan pengalamn dan keadaan masyarakat islam yang dilihat disekitarnya. Dengan tinjauan dan fikiran yang kritis dicobanya menganalisa sebab-sebab kemunduran dan kesuraman yang meliputi cakrawala islam. Makin lama makin dalam penggalian bung karno tentang islam lahirlah fikiran beliau yang terserak baik berbentuk tulisan,artikel,pidato,ceramah dan sebagainya yang kesemuanya yang bernafaskan moderenis dalam islam.
B. Rumusan Masalah
c) Bagaimana dakwah dilakukan pada masa orde lama sampai ke masa orde baru?
d) Kendala apa saja yang dihadapi para Da’i dalam penyebaran ajaran islam pada masa orde lama sampai orde baru?





BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Dakwah Di Masa Orde Lama
Masa orde lama (1959-1965) tercatat sebagai masa paling gelap dalam sejarah kehidupan kebangsaan indonesia. persiden sukarno mencanangkan konsepsi presiden yang secara operarional terwujud dalam bentuk demokrasi terpimpin. demokrasi terpimpin memusatkan seluruh kekuasaan ditangan presiden. para pemimpin nasional mochtar lubus, k.h. isa anshari, mr. assaat, Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Boerhanoeddin Harahap, S.H., M. Yunan Nasution, Buya Hamka, Mr, Kasman Singodimedjo dan K.H E.Z. Muttaqin yang bersikap kritis terhadap politik demokrasi terpimpin, ditangkap dan dipenjarakan tanpa proses pengadilan. puncak dari masa penuh kegelapan itu ialah pecahnya peberontakan berdarah g.30.s/pki.
Sudah seluruh kekuatan bangsa yang antikomunis bangkit menghancurkan pemberontakan tersebut, datanglah zaman baru yang membawa banyak harapan. yaitu era orde baru yang bertekad melaksanakan pancasila dan uud 1945 secara murni dan konsekuen. pada masa inilah, para pemimpin bangsa yang di penjarakan oleh rezim orde lama, dibebaskan.
Para pemimpin nasionalis islami yang pada dasarnya tidak dapat duduk berpangku tangan, seperti mohammad natsir dan prawoto mangkusasmito mulai merancang gagasan untuk berpartisipasi penuh mendukung pemerintahan orde bari. pada mulanya mereka mengharapkan pemerintah bersedia merehabilitasi partai politik masyumi yang dipaksa membubarkan diri oleh presiden sukarno. musyawarah nasional iii persatuan sarjana hukum indonesia (persahi) menyatakan: “bahwa pembubaran masyumi, partai sosialis indonesia (psi) dan kesatuan aksi mahasiswa indonesia (kami), yuridis formal tidak syah, dan yuridis material tidak beralasan”. namun, pembubaran masyumi, ternyata bukanlah masalah hukum semata-mata. pembubaran tersebut adalah masalah politik. oleh karena itu ketika permintaan tersebut. oleh berbagai pertimbangan tidak dapat dipenuhi pemerintah, tokoh-tokoh nasionalis islami itu tidak ngotot, juga tidak berputus harapan.
Bagi mereka, aktivitas hidup ini semata-mata dalam rangka beribadah dan berdakwah untuk meraih keridhaan ilahi, kerceimpung di lapangna politik,bagi mereka merupakan bagian dari ibadah dan dakwah.

 maka ketika mereka tidak lagi mendapat kesempatan untuk berkiprah di lapangan politik, jalan ibadah dan dakwah dalam bentuk lain masih terbuka sangat lebar. dalam kata-kata pak natsir, dulu berdakwah lewat jalur politik, sekarang berpolitik melalui jalur dakwah.
Demikianlah maka pada 26 februari 1967, atas undangan pengurus masjid al-munawarah,kapung bali, tanah abang, jakarta pusat, para alim ulama dan zu’ama berkumpul untuk bermusyawarah, membahasa, meneliti, dan menilai beberapa masalah, terutama yang rapat hubungannya dengan usaha pembangunan umat, juga tentang usaha mempertahankan aqidah didalam kesimpangsiuran kekuatan-keuatan yang ada dalam masyarakat.
Musyawarah menyimpulkan dua hal sebagai berikut: menyatakan rasa syukur atas hasil dan kemajuan yang telah dicapai hingga kini dalam usaha-usaha dakwah yang secara terus menerus dilakukan oleh beerbagai kalangan umat, yakni para alim ulama dan para muballiqh secara pribadi, serta atas usaha-usaha yang telah dicapai dalam rangka organisasi dakwah. Memandang perlu (urgent) lebih ditingkatkan hasil dakwah hingga taraf yang lebih tinggi sehingga tercipta suatu keselarasan antara banyaknya tenaga lahir yang dikerahkan dan banyak tenaga batin yang ddicurahkan dalam rangka dakwah tersebut.
Dalam menampung masalah-masalah tersebut, yang mengandung cakupan yang cukup luas dan sifat yang cukup kompleks, maka musyawarah alim ulama itu memandang perlu membentuk suatu wadah yang kemudian dijelmakan dalam sebuah yayasan yang diberi nama dewan dakwah islamiyah indonesia disingkat dewan dakwah. pengurus pusat yayasan ini berkedudukan di ibu kota negara, dan dimungkinkan memiliki perwakilan di tiap-tiap ibu kota daerah tingkat i serta pembantu perwakilan di tiap-tiap daerah tingkat ii seluruh indonesia.
Dimana perlu dan dalam keadaan mengizinkan, dewan dakwah dapat tampil mengisi kekosongan, antara lain menciptakan suatu usaha berbentuk atau bersifat dakwah, usaha mana sebelumnya belum pernah diadakan, seperti mengadakan pilot projek dalam bidang dakwah.
Peran Dakwah menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia dalam upaya menjadikan, “umat yang berbahagia di dunia dan berbahagia di akhirat dan terhindar dari siksaan neraka, dengan izin Allah".
Sedangkan politik adalah seni mengatur masyarakat. Kehidu­pan politik sering ditandai dengan konflik kepentingan antara kelompok masyarakat.
Umumnya politik berusaha mereali­sasikan gagasan ideologi, menjadi realitas sosial yang ideal, menurut wawasan masing‑masing. Kepentingan dimaksud dapat bersifat politis, ekonomis, kultural, maupun ideologis.
Memperhatikan perjuangan politik umat Islam di tanah air Indonesia tampak peranan dari politik Islam mengalami penurunan secara konstan. Sebagai akibat kelemahan internal dalam tubuh umat. Atau, mengalami penurunan efektivitas peran, sebagai akibat “erosi fungsional”.
Penurunan kualitas umat dikarenakan faktor ikatan jamaah, unsur kepemim­pinan, dan melemahnya ukhuwah.
Faktor eksternal, utamanya oleh pere­kayasaan sosial dan politik dari pihak penguasa. Kecendrungan erosi fungsional dan mengakarnya sifat ketergantungan serta “hanyut mengikuti arus” lebih menonjol. Bisa jadi karena perekayasaan politik datang dari luar. Perekayasaan politik oleh pihak yang selalu berupaya melumpuhkan peranan politik rakyat dan umat Islam khususnya, terasa amat efektif berlaku sejak awal dasawarsa 1960-an. Kenyataannya tampak pada, proses pembangunan sangat berorientasi pada aspek ekonomi dan sangat pragmatik. Langsung maupun tidak langsung, keadaan ini berpengaruh pada proses pengumpulan pandangan ideologis masyarakat Indonesia.

























BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a). Sejarah masa orde lama
Masa orde lama (1959-1965) tercatat sebagai masa paling gelap dalam sejarah kehidupan kebangsaan indonesia. persiden sukarno mencanangkan konsepsi presiden yang secara operarional terwujud dalam bentuk demokrasi terpimpin. demokrasi terpimpin memusatkan seluruh kekuasaan ditangan presiden.
Kepatuhan politik umat kepada penguasa bersifat relatif dan kondisional, maksudnya adalah satu kondisi umat berhak patuh dan berhak pula tidak patuh kepada penguasa. Pada kondisi lain umat berhak patuh sepanjang penguasa melaksanakan politik umat yang terdiri dari tegaknya kebenaran, terciptanya keadilan. Meratanya kesejahtraan dan kemakmuran umat, serta terwujudnya kehidupan politik  bangsa yang demokratis.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini, Akhirnya hanya kepada Allah kami mengharap ridha agar makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan pembaca pada umumnya.















DAFTAR PUSTAKA

M.Yahya Harun, Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia, Kurnia Kalam Semesta, jakarta, 1999
Ma’ruf Misbah Dan ja’far Sanusi, Sejarah Kebudayaan Islam,Semarang,1997
Bakhtiar Efendi, Islam Dan Negara, Paradigma, jakarta, 1998
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo, persada , jakarta,1997


Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah Persamaan dan Perbedaan serta Keterkaitan Akhlak

jenis jenis akhlak